Papan Keyboard Memanggil Saya Untuk Menemaninya Bermain

in #writing6 years ago (edited)

pixabay
Di malam hari ini, dalam keremangan malam sayup-sayup terdengar panggilan lirih dari Keyboard android saya, hai @maksinong bukankah kamu biasanya jam segini selalu bencanda ria denganku. Begitu keyboard memanggil dan mengajak saya untuk menyentuh seluruh karakter huruf dan juga angka-angkanya. Keyboard android saya sudah terbiasa bermain dengan sahabatnya pada saat-saat sore begini.

Dia tidak mau dicuekin. Juga tidak mau hanya didiamin saja. Namanya juga sudah menjadi sebuah kebiasaan. Sesuatu yang sudah terbiasa memang susah untuk ditinggalkan. Begitulah yang dirasa Keyboard android saya. Saat saya sedikit terlambat mengajaknya bermain petak umpet, loncat kesana kemari tidak beraturan, melahirkan sesuatu yang mungkin saya beraturan.

@maksinong, kenapa bengon, ayo kita bermain lagi, mari kita menari, menari riang gembira bagaikan para laskar pelangi yang menari indah dan sepenuh jiwa. Mari kita berlarian kejar mengejar, lari zikzak dari satu huruf kehuruf lainya. Jangan bengong kita sedang menghabiskan waktu kita untuk berbahagia. Jangan diam teruslah bergerak.

Saya mulai larut dalam ajakan keyboard untuk menuruti kemauannya meraih kebahagiaan. Menari, berlari dari satu sudut kesudut lain. Tidak beratjuga tidak diam. Begitu kemauan Keyboard. Saya tidak mungkin diam pada satu petak. Kalau saya diam pada satu tempat saja dalam waktu yang singkat, dalam hitungan 2 detik maka hhhhhhhhhhh atau mmmmmmmmm begitulah hasilnyan.

Ayo @maksinong kita terus menari, berlari riang. Saat ini waktu kita untuk itu. Pundak saya ditepuk keyboard. Lamunan akan hasil apa yang akan saya dapat dari menuruti kemauan Keyboard buyar. Mari teruskan melompat, loncatlah kesana kemari. Kita bergembira. Jangan biarkan waktu kita terbuang sia-sia tanpa bermain, menari, berlarian, melompat, jingkrak-jingkrak. Kita bermain berdua, ya hanya berdua.

Keyboard menambahkan kamu @maksinong gak usah takut akan gelapnya malam. Aku sudah menyiapkan penerangan, kamu pasti tidak akan kegelapan, itu kulakukan agar kita tetap bisa bergembira. Penerangan dari cahaya LED akan selalu menerangi kita selama kita terus bergerak. Maka dari itu jangan pernah berhenti bergerak, 5 menit saja kamu berdiam diri maka penerangan yang sudah kusiapkan otomatis akan padam. Kita akan kegelapan. Kamu tidak mau kan kita kegelapan? Begitu keyboard menceramahi saya.

Betul saja karena sudah terasa lelah. Keringat saya sudah mengucur deras tidak ada tisu atau handuk kecil yang kami persiapkan untuk sekedar mengelap keringat di muka, kepala bahkan sekujur tubuh sudah basah, baju yang saya pakaipun sudah basah. Maka sejenak saya beristirahat, teng 5 menit penerangan yang sudah disiapkan oleh teman main saya padam. Gelap gulita saya tidak lagi melihat keyboard. Saya tidak mau kehilangan teman baik saya.

Sontak saya loncat, LED yang sudah disiapkan keyboard kembali menyala. Tapi saya betul-betul sudah lelah, sedari tadi terus berlarian, menari, loncat kesana-kemari, tidak ada kata untuk berhenti, baru 5 menit saja saya berhenti LED padam dan tak ada sedikitpun cahaya. Saya hanya berjalan pelan dari kiri ke kanan, atas ke bawah, zikzak dan semua gerakan tak ada yang beraturan.

Rasa lelah, lapar dan haus sudah betul-betul satu padu, tak dapat dipisahkan lagi, sekujur tubuh saya sudah encok, perut keroncong, tenggorokan kering, sudah dahaga saya. Karena menuruti ajakan keyboard. Gerakan tetap harus ada walaupun hanya berkelilinh santai. Agar LED yang disediakan keyboard selalu menyala. Tapi saya harus pamit pada keyboard. Sejenak istirahat, makan dan minum. Menghilangkan rasa lelah, makan untuk menghilang bunyi keroncong yang sedari tadi berdendang, sekedar minum segelas air agar dahaga ini lenyap. Daaaaah keyboard, besok-besok kita bermain lagi ya. Daaaaaah.