Ceria di ujung linangan air mata
Aku Terkurung dalam Keindahan Cinta
Teruarai semua kisah pemuda yang malang. Ia bercerita tentang kisah cintanya. Cerita sangat menyayat hati ketika didengar oleh teman karibnya. Nama pemuda itu sebut saja Fuji, ia memilki hati yang lembut dan sering menuturkan perkataan yang indah.
Dikala Fuji bercerita, suasana ketika menjadi hening, suara ombak hingga tak terdengar lagi. Temannya yang khusuk mendengarkan curhatan sang kawannya tersebut,Fuji.
Awal mulanya Dodi menanyakan tentang bagaimana arti cinta yang sesungguhnya, Dodi adalah nama temannya Fuji. Ia menanyakan dengan serius, hingga Fuji pun menanggapinya dengan serius. Cinta itu adalah suatu kesenangan yang bermuara ketenangan, jawab Fuji dengan ekspresi sedih. Kenapa raut wajahmu begitu sedih wahai kawanku? Tanya Dodi dengan penuh perhatian. Bukankah didunia ini tidak perlu yang disedihkan? Tambahnya. Dengan raut wajah galau, Fuji menarik nafas dalam-dalam dan menjawab perranyaan kawannya itu. Aku bersedih karna cinta, sebelumnya aku sangat bahagia dan santai saat kondisi apapun, tak ada kesedihan, tak ada kegundahan, tak ada hambar di dunia ini. Namun seiring waktu berjalan, seperti halnya burung yang dipelihara dari sayapnya yang lemah hingga tebal berbulu indah, dan terbang hinggap ke dahan yang lain.
Cerita berlanjut, Dodi tak menanyakan apapun, namun Fuji menambah banyak ceritanya. Sungguh indah, indah sekali. Dimanja, disayang dan dicinta adalah kadoku setiap hari, setiap hari dan setiap hari. Tak ada bunga yang sewangi kecuali bunga yang kita cintai dan kita sayangi.
Aku dan hatiku menyatu, begitu juga dengan cintaku. Aku terjerat dan seumpama terkurung di sebuah ruangan, namun kuncinya tidak tahu sama sekali dimana posisinya. Aku lupa akan jalan pulang, tersesat di hutan yang penuh dengan keindahan dan terkubur di surga cinta. Hatiku terkunci dengan kelopak-kelopak yang sangat cantik nan mewangi itu.
Setiap kali aku berkomunikasi dengan orang yang membungkus hati dengan manisan madu dan wangi-wangian dari surga itu, aku dan tubuh ini semangat tak henti-hentinya, dan aku disuru untuk menyebut kata cinta, kata sayang dan kata rindu, biar dia senang dan puas akan perasaan hatinya. Aku mengungkapkan lewat lubuk hati yang terdalam, dalam sekali, aku ucapkan pelan-pelan lewat mulut yang diperintahkan oleh hati yang penuh cinta ini.
Mata berkaca-kaca tak ingin pisah darinya. Keyakinan bersama tak pernah aku ragukan. Malam itu sangat larut sekali, aku bercerita tentang masa depan yang menyenangkan. Ia tertawa atas perkataan yang sedikit humor aku sisipi dalam pembicaraan itu, supaya tidak terlalu kaku dan tidak menegangkan.
Kisah kami, bukan kisah antara qalbu dengan qalbu, namun, kisah kami kisah keluarga kami juga. Semuanya sudah tahu, tentang bagaimana hubungan kami. Alhamdulillah hubungan kami direstui oleh pihak keluarga masing-masing.
Meraka yakin dan percaya akan hubungan kami baik-baik saja dan tidak memalukan harga diri keluarga. Berbagi rasa, senang, duka, maupun masalah yg terjadi di lingkungan masyarakat.
Bergurau, suka ria, canda tawa adalah kunci aku dan dia nyaman akan menjalaninya. Keluh kesahnya, tentang kesedihannya, aku tanggapai dan aku sering berbagi solusi, dan jalan keluarnya.
Tiba ketika malam itu, malam yang ketika akhir dari pekerjaanku. Aku selalu berpikir setelah usai bekerja, akan keluar kata-kata manja dan penuh cinta. Biar dia tak terganggu dan nyaman berkomunikasi .
Pada pukul 11.00 WIB, aku menerima pesan singkat darinya. Pesan yang membuat aku gelisah, pesan yang membuatku gelisah, hingga pesan itu membuat aku terluka parah.
Pesan yang sungguh membakar hati, menusuk hati, merobek janji. Isi dari pesan itu sangatlah singkat, namun tak ada penjelasan. "Mulai sekarang, jangan pernah hubungi aku lagi".
Tak sanggup hati ini menerima, gurauan baru saja berlalu, canda tawa baru saja mengiringi dikala aku sedang bekerja, tapi tak awan, tak ada petir, tak ada badai, namun hujan membasahiku dengan air yang sangat menyengat tubuhku yang penuh cinta ini.
Sekarang aku kehilang dirinya, tak tau lagi kutumpahkan rindu yang memenuhi di jiwaku. Aku lemah dan sungguh tak berdaya, aku kehilangan segala-galanya.
Berlinang air mata Dodi saat mendengar cerita sedih Fuji, kawan akrabnya itu. Tak keluar banyak kat-kata, hanya saja, perkartaan sabar dan sabar, wahai kawanku.
Waktupun berlalu, berbulan lamanya tak ada kabar, tapi harapan itu masih tersisa di hati Fuji. Kekewaannya terhadap cinta membuat dia sesak di dada, dan menyayat hati dikala mengingat buah hati yang merobek janjinya itu.
Dia selalu membaca cerita mengenai motivasi, supaya derita hati tak luka lagi. "La Tah Zan", adalah buku pedomannya. Tak ada yang perlu disedihkan apa yang ada di dunia ini, "kalau ada yang menjual dunia dengan harga sekeping roti, pasti aku tidak akan membelinya", kata mutiara dari salah satu tokoh agama yang perlu diikuti, yaitu, Imam Syafi'i.
TAMAT