Menjual Kehormatan

in #writing7 years ago (edited)

Menjual Kehormatan

Catatan Strategi Penjual Kandidat Pilkada

Arif Surahman

“Masyarakat umum membeli nama dan wajah – dan bukan program partai, dan seorang kandidat pejabat publik harus diperdagangkan dengan cara yang hampir sama seperti produk-produk yang lainnya”.

  • Richard Nixon, Presiden Amerika ke 37 -

Di luar, bintik hujan kian deras mengguyur ubong oen jambo kupi.
“Jameun nyoe MoU han lagoet le tapubloe.” Keluh seorang muge politik.
“Nyan jelas! nyo masa JKA ples ples, teungku.” Sitir Aduen Jeulas. Jempol tangannya tepat di depan hidung si Muge murung.

1098409-MGVAGLPP-8.jpg

sumber gambar: http://saimg-a.akamaihd.net/

Rutinitas lima tahunan Pilkada Kabupaten Pidie Jaya sudah di ambang pintu. Muge politik mulai gencar menjual nama dan program kandidat yang mereka dukung. Muge A menjual kandidat A sebagai tokoh yang amat sangat baik hati, sangat amat peduli kepada orang miskin dan anak kecil yang meninggal ayah-ibunya, apalagi akibat konflik masa silam yang runyam.

Muge B memperkenalkan Kandidat B yang pandai dalam hal persawahan, kelautan, dan pergunungan. Klaimnya, kandidat mereka adalah yang terpandai diantara para petarung yang ada.

Muge C menawarkan Kandidat C yang siap merubah Pidie Jaya dalam 100 hari pemerintahannya. Kandidat mereka adalah tertulus, muncul karena desakan perjuangan demi perubahan dan kesejahteraan.

Para muge dan partai politik akan saling bekerja sama, saling merebut dan menyikut dalam mengemas dagangan mereka kepada kita, penghuni dan pemilik suara di kabupaten Pidie Jaya. Sudahkah kita membayangkan seperti apa hasil akhirnya?

c7986d65cd2a0eefb656711565f6e333.jpg

sumber gambar: pinterest

Di negera kita yang belum maju, peran dan fungsi politik hanya dilakukan oleh sekelompok kecil elit politik. Sikap dinamis yang diperankan oleh elit telah mempengaruhi sistem dan mekanisme politik. Masyarakat digiring oleh elit politik ke panggung kampanye, dihibur dengan konser musik dan pelawak tersohor.

Elit pun tanpa segan mengundang tokoh agama ke panggung, untuk petuah dan mengajak massa memberi dukungan pada kandidat yang dicalonkan. Seremoni seperti ini sering ditutup dengan ongkos transport dan uang jajan. Jangan harap ada pendidikan untuk melek politik bagi masyarakat, apalagi ada distribusi informasi politik.

Bakbudik. Seringnya panggung kampanye Pilkada di Aceh dipenuhi jargon-jargon manis kandidat, selebihnya adalah sumpah serapah kepada kandidat saingan, kampanye hitam, juga ajang buka aib. Hah..

Jualan politik hakikatnya berusaha meyakinkan pemilih tentang kandidat yang layak dipilih sesuai dengan latar belakang, visi, program kerja dan reputasi. Dengan begitu masyarakat bisa mengolah informasi dan belajar menentukan pilihan pada hari pemungutan suara.

Banyak pilihan produk politik adalah hal lumrah dalam pasar demokrasi. Produk politik yang akan diperkenalkan sekelompok orang akan memecah masyarakat pada saat produk itu diumumkan. Hanya rakyat yang bisa mengubah keadaan tentang suatu hasil. Muge. Anda tidak akan menipu kami tentang produkmu, bukan?!

Kamus:
Muge (Basa Aceh) = Tengkulak (Indonesia)