Belajar Arti dan Makna Kata – Tekstual, Kontekstual, Tersurat, Tersirat
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi tindakan (Meier, 2002:156). Sedangkan menurut Bower, belajar proses kognitif yang ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman. (Bower 1987: 150). Sedangkan menurut saya pribadi, belajar adalah sebuah sebuah proses hasil dari rasa syukur yang menempatkan segala anugerah dan rahmat yang diberikan dan diciptakan oleh Allah sebagai subjek yang menjadikan semua adalah ilmu pengetahuan yang membuat kita mengerti dan paham akan segala sesuatunya sehingga mempengaruhi segala tingkah laku, perbuatan, kerja, dan karya yang dilakukan.
Anak-anak di daerah tertinggal pun mau belajar dimulai dari kata per kata hingga mampu menulis dan membuat buku sendiri, loh! - Catatan Teluk Naga (https://bilikml.wordpress.com), foto oleh Pungky.
Di dalam posting sebelumnya, sudah dijelaskan mengapa kita sebagai penulis dan pembaca sebaiknya belajar arti dan makna kata (https://steemit.com/writing/@mariska.lubis/belajar-arti-dan-makna-kata-pendahuluan). Kali ini, kita akan lanjutkan lagi dengan mengerti dulu bagaimana mengerti bahwa kata di dalam kalimat bisa mengandung arti berbeda, sesuai dengan tekstual, kontekstual, serta makna yang tersurat dan tersirat.
Setiap hari saya selalu menulis status di WhatsApp dengan kalimat-kalimat yang sebenarnya untuk mengajak semua memiliki ide menulis, berpikir, dan juga mengerti arti dan makna kata. Seperti contohnya: “Buaya itu setia”.
Jika membacanya secara tekstual, maka kalimat tersebut menjadi buaya yang setia. Tetapi tentunya bisa menjadi berbeda bila kita memahaminya secara kontekstual, sebab ada “buaya darat itu tidak setia”. Sangat tergantung sekali kepada arah dan tujuan dari tulisan juga keseluruhan dari tulisan, oleh karena itu kita tidak bisa membaca separuh-separuh lalu memberikan keputusan penilaian. Salah-salah malah jadi seudzon dan bikin masalah.
Contoh lain: “Bumi itu bulat”.
Secara tersurat, kita bisa mengetahui dengan jelas bahwa dalam kalimat tersebut dijelaskan bahwa bumi itu bulat. Pengertian makna tersurat memang adalah yang benar-benar apa adanya saja dituliskan atau diucapkan, tanpa ada maksud tertentu yang lebih atau disembunyikan.
Lain lagi, jika saya berkata, “Jika bumi itu bulat, maka kamu adalah bumi.”
Jika kita membacanya secara tersurat saja, maka kalimat itu bisa dianggap sebagai sebuah pujian, tetapi bila dimaknai secara tersirat, maka sebenarnya yang dimaksud adalah “kamu itu bulat” alias gemuk/kelebihan berat badan. Makna tersirat memang tidak bisa diartikan dan dimaknai begitu saja secara gamblang apa adanya, harus benar-benar dipahami untuk dapat mengetahui arti dan makna yang sebenarnya secara utuh, tidak bisa sepotong-sepotong.
Sekarang saya berikan contoh penggunaan kata “telanjang” dalam kalimat berbeda yang juga memiliki arti dan makna kata berbeda bila dibaca secara tekstual atau kontekstual, atau dimaknai secara tersurat dan tersirat.
“Dia sakit setelah semalam suntuk tidur telanjang dada.”
“Dia menulis dengan telanjang.”
“Anak-anak mandi telanjang di sungai.”
“Sakit hatinya setelah ditelanjangi masyarakat.”
Satu lagi contoh dengan menggunakan kata “bulan”.
“Kita akan mengadakan acara Meet Up selanjutnya di bulan Mei mendatang.”
“Perempuan yang duduk di sana sedang kesakitan karena datang bulan.”
“Semalam kita semua menyaksikan gerhana bulan.”
“Wajahnya laksana bulan yang bersinar di malam hari.”
Beda-beda kan, meski kata yang digunakan sama yaitu “telanjang” dan “bulan”, sangat tergantung pada kemampuan kita sendiri untuk bisa mampu mengerti dan memaknainya sesuai penggunaan dari kata tersebut dalam kalimat. Itu baru satu kata, sementara kita memiliki banyak sekali kata yang biasa dipergunakan, baik dalam tulisan maupun secara lisan. Membatasi pikiran kita untuk belajar lebih mendalam tentang bahasa dan menganggap enteng kata demi kata, maka akan membuat kita terkurung dalam tempurung. Berhubung ada jutaan kata yang hadir di dunia ini, maka memang tidak sepatutnya kemudian kita juga jadi malas untuk belajar. Tanpa belajar maka kita tidak akan mampu untuk paham dan mengerti, apalagi untuk menjadi dewasa, adil, dan bijaksana sehingga kemajuan itu tidak pernah ada.
Oleh karena itu, kata “belajar” di atas memang tidak bisa dianggap salah dulu, sebab memang sebaiknya setiap orang memiliki definisi setiap kata masing-masing berdasarkan pemikiran dan olah rasa sendiri-sendiri sebab penggunaan dari setiap kata itu sangat tergantung pada orang yang menuliskannya atau mengucapkannya. Memang kita bisa saja berharap dan meminta setiap orang menulis dengan kata dalam kalimat yang kita mengerti, tetapi akan jauh lebih baik bila kita yang mampu mengerti. Meminta terus dimengerti, sih gampang, yang susah itu adalah untuk mau dan mampu mengerti.
Sebaiknya kita mengerti juga bahwa setiap orang memiliki latar belakang, rasa, pengalaman, keinginan dan tujuannya masing-masing, sehingga tidak perlu khawatir untuk berbeda. Justru inilah yang sebenarnya menjadi bukti bahwa kita memang benar belajar, berpikir, dan menghasilkan sesuatu yang bisa berguna dan bermanfaat baik bagi diri kita sendiri maupun semua. Makanya, rugi kalau jadi plagiat atau yang hanya asal copas saja, sebab kita semua bebas dan memiliki hak untuk merdeka dalam berpikir dan mengeluarkan pendapat, dan wajib menjunjung tinggi kehormatan anugerah dan rahmat yang sudah diberikan Allah kepada siapapun yang sudah belajar, berpikir, dan berkarya bagi kebaikan bersama.
Lebih baik kita belajar saja dulu yuk arti dan makna kata! Berlatihlah menggunakan kata dalam kalimat berbeda yang dibaca dan dipahami secara tekstual, kontekstual, dengan makna yang tersirat dan tersurat. Semakin sering berlatih maka akan semakin juga kita paham serta mengerti arti dan makna kata, baik apa yang kita baca maupun yang kita tuliskan dan ucapkan. Jadinya nggak asal-asalan dan tidak langsung memberikan penilaian. Tunggu kelanjutannya ya!!!
Bandung, 3 Maret 2018
Salam hangat selalu,
Mariska Lubis
Teh, mariska, all the best pokoknya...
Semoga kita bnyak belajar
Mari kita terus belajar biar hidup itu tidak sia-sia...
Good Post
thanks
Hallo kak @mariska.lubis sangat banyak ‘perbendaharaan’ kosakata dari tulisan-tulisan kakak. Sepakat dan memang harus sih, sebagai jurnalis saya harus ikut mengkampanyekan bahwa benar, jangan mengartikan suatu kalimat itu separo-separo. Cobalah pahami sampai pada akhir kalimat.
Sama seperti membaca. Sungguh sangat disayangkan kalau hanya membaca setengah, tidak tuntas bahkan hanya membaca judulnya saja. Karena justru kita akan salah mempersepsi atau tidak memahami sama sekali isi dari tulisan tersebut.
Lebih pahitnya lagi, menurut saya adalah kita sukanya bereaksi. Bereaksi atas apa yang kita baca. Baik reaksinya positif, maupun negatif (ini paling parah). Karena belum tentuk reaksi kita sesuai dengan isi tulisan yang kita tidak baca. Hadeuh.... bagian ini sangat menyakitkan. Karena kadang, walau beri komen positif (jujur; kaya di platform ini) tetapi, komentar yang kita dapat justru banyak yang tidak nyambung dengan isi tulisan. Saya menduga itu karena banyak yang tidak baca. So, mari teman-teman membaca itu sangat penting.
Eitts,,, kembali lagi ke pemaknaan tersurat, tersirat dan ‘terjerat’. Hehe...
Kadang antara teks dan konteks itu ada perbedaan yang sangat jauh kalau diartian ‘tanggung’. Misal contoh lon menurut saya berbeda tekstual sama konteksnya adalah kota kita sering mengatakan; biarkan saja mengalir seperti air. Secara teks memang air, tapi konteksnya adalah sifat. Hehe...
Terima kasih kak @mariska.lubis senagai jurnalis, saya merasa bermanfaat sekali membaca postingan ini malam-malam ‘jomblo’ seperti ini. Hehe...
Salam dari Lhokseumawe
@zulfikarhusein
Reaksinya itu yang hedeh, ampuuunnn! Sampai suka bikin sakit kepala sendiri dan mau tanya, apa sebenarnya yang dibaca... hahaha...
semangat terus ya meski jomblo... tinggal tunggu waktu buat punya tangga dan rumah bersamaan hahaha...
Benar kk hhh lnjutkan
Hehe,, siap. 🕺🏻
Postingan yg bagus, salam sukses
semoga berguna dan bermanfaat...
"tulisan bu @mariska.lubis sama sekali tidak menarik utk dibaca, segera tunaikan"
Sya tidk main2 menulis komentar ini, sya bca tulisan ibu, saya pahami dn ini langsung sya praktekkan ;)
Makna tersurat dri komentar saya diatas akan berkonotasi negatif, tapi jika da org yg mampu berfikir positif maka akan menemukkan makna tersirat dalam komentar sya tdi.
Apa mkna tersiratnya, bahwa sbnarnya tulisan ibu mariska lubis ini lebih menarik utk dipraktekkan daripada sekedar dijadikan bahan bacaan saja. Bukankah "teori" yg berdasarkan ilmu pengetahuan harus di praktekkan, jika sudah dipraktekkan maka teori akan berubah mnjadi "fakta ilmiah".
Mungkin itu yg bisa sya tangkap dri pelajaran yg bu @mariska.lubis smpaikkan, mudh2an sya tidak slah xixi :)
Trimkasih bnyak pelajarannya bu ;)
Kamu kereeeennnn!!!
Ini juga plajaran y bu, "kereen" kan berkonotasi utk pria, mungkin cantik, manis, ato imut2 lebih cocok utk sya ;) xixi
Mngkin mkna yg tersirat adalah utk "memuji" ya bu.
Yg keren itu ibu @mariska.lubis sya sperti lngsung terbuka pikiran sya stelah mbca tulisan ibu. Mohon kalo ibu ad wktu dn kesmptan buat konten lgi sperti ini, plajaran menulis. Sya sgat awam dlm hal menulis. Mhon bimbingannya :) sya sering slah dlm menentukkan antara kata baku dan kata2 pasaran jdi kesannya kurang "keren" tulisan sya. Trima kasih bu @mariska.lubis ;)
hahaha... hanya dengan kata keren pun kamu jadi bisa ke mana-mana ya dan itu bagus sekali dalam belajar menulis... saya akan terus lanjutkan lagi kok, masih panjang banget nih hehhe... semoga berguna dan bermanfaat.
ditunggu selanjutnya kak, fenomena yang kak ceritakan dan postingan foto yang kak posting mungkin hanya bagian kecil dari bentuk proses, mkn di tempat saya lebih menyedihkan dari kak bayangkan
saya sudah keliling Indonesia dan melihat banyak sekali... syukuri saja dulu yang ada, karena masih banyak yang lebih pahit dari yang kita bayangkan dan alami... ;)
sip. itu pasti kak. terimakasih atas inspirasinya kak..
Terimakasih banyak @mariska. Lubis telah berbagi banyak tentang bagaimana menempatkan kata. Saya sendiri kesulitan dalam menulis sehingga enak dibaca.. Saya
pelan-pelan, dan jangan menyerah, jadilah juara yang mampu mengalahkan diri sendiri sehingga mau terus belajar...
Aku belajar banyak dari tulisan2 ini dan sebelumnya. Kereen! Haturnuhun, Teteh sayang!
Mau catet pake tulisan tangan di buku, ah! Biar lebih sip!
awas pegel kak! hahaha...
Menurut saya benar jika teks (tulisan atau bacaan) adalah objek yang harus dipahami, baik oleh si Pelaku yang membuat tulisan maupun Pelaku yang Membacanya. Apa yang ditulis adalah objek dan apa yang dibaca juga objek. Ketika objek tersebut, kita serahkan kepada pembaca, maka muncul intrepretasi pembaca, sedangkan penulis sudah mengetahui intrepretasi itu sejak awal saat dia menuliskan dan memaksudkannya. Ketika ini terjadi, maka lahirlah subjetivitas dan akan banyak sekali muncul intrepretasi sehingga kepastian teks menjadi hilang. Seingat saya salah satu fungsi bahasa itu adalah untuk memunculkan kepastian itu. Selain itu bagian terpenting dari teks sbg objek penulis dan pembaca adalah ilmu korelasi teks (Munasabah dalam Ilmu Tafsir). Menurut saya Ini bagian hilang dalam tulisan ini. Bahwa setiap teks meskipun hanya satu kata, satu kalimat, satu alenia dan satu bab tetap mempunyai hubungan dengan teks2 sebelum dan sesudahnya. Seperti yang disampaikan oleh mbak, bahwa memahami itu tidak bisa setengah2 atau sepotong2, karena akan muncul sikap intrepretasi parsial dan penghakiman.
Mohon dikoreksi kembali komentar saya mbak. Terimkasih.
Nebeng di komen..hehe
https://steemit.com/photography/@khaimi/the-beauty-of-gayo-highland-central-aceh-119a202fd3eca
Kalau buat saya, ketika kita menempatkan sesuatu sebagai objek maka kita membatasi diri memahami apapun sebatas kotak di dalam pikiran dan hati kita... sementara jika kita menempatkan semua sebagai subjek maka kita bisa melihat segala sesuatu dengan sudut pandang tak terbatas... hehehe...
Benar mbak, namun itu dari sisi menempatkan (menempatkan menurut saya adalah hasil akhir), Menurut saya kalau dari sisi melihat dan dan memandang objek, mata jangan cara pandang subjektif karena objektivitas minimalis sekali. Teringat saya pada adagium "jangan memandang dari satu sisi", ini menurut saya memandang objek harus dari segala sisi, apakah hasilnya berbeda itu tidak masalah krn itu presentasi dan intrepretasi.
Seperti saat ini kita memandang teks sebagai objek, kalimat tersurat dan tersurat teks, tekstual dan kontekstual yang merupakan cara-cara orang berpdangan. Tp saya setuju dengan mbak bahwa tidak boleh membatasi diri dalam memamhami.
Siap 86 untuk diarahkan kembali pada jalan yang lurus mbak, kalau dianggap "murtad" pengetahuan ttg ini.
Semoga sehat selalu mbak..
Ya memang kita harus bisa melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang dan jangan dibatasi dari satu sudut pandang saja... penempatan sebagai objek akan membatasi... bila kata dipadang sebagai objek baik itu dimaknai dengan apapun, maka akan terus menjadi objek yang terbatas, sebaiknya dipandang sebagai subjek, dan itu akan saya jelaskan di posting2 selanjutnya.. sabar yah... hehehe...
salam hangat selalu...
Siap menunggu kumendan..
Salah satu peljaran dari Bagian yang tersirat....
https://steemit.com/writing/@khaimi/let-s-learning-a-life-from-fish-0817c598f3bf6.
Hehe
Hmmmm seb bereh....
"Arif dan bijaksana", arif belum tentu nama orang.
"Kebijaksanaan arif" arif sudah pasti nama orang.
Ngomong2 buaya yang setia,
Ada juga buaya yang selalu mengeluarkan air mata, "air mata buaya" (tersirat dan tersurat).
Hamboooe kak, hehehe
hahaha... roti buaya enak dimakan, terjebak air mata buaya dan dimakan buaya mana enak?! wkwkwk...
Keduanya sama-sama tak ada enak nya kak..
Yang enak itu makan roti buaya.
Satu pertanyaan, apakah buaya punya lidah?
Hahahaha.... lidah buaya sehat dimakan dan untuk kecantikan, tapi jangan percaya sama lidah buaya darat....
Hahhahahahha......
Kakak bukan sedang mengkampanyekan orang -orang untuk tidak percaya sama aku kan?
Ck ck ck..
Sedang mengkampanyekan silat lidah yang positif hahaha...
Hahahhaha Naa saja dron (Adaa saja kakak ini).
Selamat hari weekend kak.